a. Learning Management System (LMS)
Menurut
Courts dan Tucker (2012), LMS adalah aplikasi yang digunakan untuk mengelola
pembelajaran, mengirimkan konten (content
delivery system), dan melacak aktivitas daring seperti memastikan kehadiran
dalam kelas maya, memastikan waktu pengumpulan tugas, dan melacak hasil pencapaian
siswa. Sedangkan menurut Kerschenbaum (2009) dalam LMS Selection Best Practices, LMS adalah sebuah aplikasi yang berfungsi
mengadministrasikan secara otomatis berbagai kegiatan pembelajaran. Guru dapat
menggunakan aplikasi ini untuk berbagi sumber belajar, berinteraksi, dan berdiskusi
dengan siswa, menyampaikan pengumuman, memberi tugas maupun ujian, serta
memberikan penilaian, sedangkan siswa dapat membaca materi belajar, menjawab
pertanyaan, berdiskusi, serta mengirimkan tugas dan menjawab soal-soal ujian. Contoh dari LMS antara lain; Moodle, Dokeos, aTutor.
b. Learning Content Management System (LCMS)
Menurut
Kerschenbaum (2009), LCMS adalah sebuah aplikasi yang digunakan oleh pemilik
konten untuk mendaftar (register),
menyimpan (store), menggabungkan (assembly), mengelola (manage), dan memublikasikan (publish)konten pembelajaran untuk
penyampaian melalui web, bentuk cetak, maupun CD. Secara lebih rinci, LCMS adalah sebuah
aplikasi untuk mengelola konten pembelajaran. LCMS tidak hanya dapat membuat,
mengelola, dan menyediakan modul-modul pembelajaran, tetapi juga mengelola dan
menyunting (edit) semua bagian yang
membentuk sebuah katalog. Contoh dari LCMS antara lain; Claroline,
e-doceo solutions.
c. LMS vs LCMS
Perbedaan
utama dari LMS dan LCMS adalah LMS merupakan media interaksi antara siswa dan
guru, sedangkan LCMS adalah media yang digunakan oleh penulis konten maupun perusahaan
penerbit konten.
a. Social Learning Network/s (SLN/SLNs)
LMS
dan LCMS merupakan perangkat lunak yang telah banyak digunakan dan terbukti
handal dalam penerapan sistem e-learning.
Akan tetapi sistem ini juga memiliki beberapa kelemahan.Salah satu kelemahannya
adalah sebagian besar dari sistem inikurang memperhatikan daya suai (adaptability), fleksibilitas, dan
hubungan sosial.Bahkan pada sebagian kasus, fitur-fitur kolaborasi dan fitur
analisis hubungan sosial dinonaktifkan yang menyebabkan pengelola sistemtidak
dapatmengetahui hal-hal yang sedang dikerjakan oleh komunitasnya. Oleh karena
itu, dalam perkembangan teknologi saat ini, konsep hubungan sosial dan kepedulian
sosial mulai diterapkan dan memberikan pengaruh yang berarti terhadap kolaborasi
dan pembelajaran. Dengan adaptasi konsep ini dalam teknologi, siswa dapat
berkolaborasi, meningkatkan kemampuan kognitif, dan keterampilan sosialnya. Oleh
karena itu, muncullah paradigma baru dalam belajar yang disebut CSSL (Computer Supported Social Learning). Di
dalamnya terdapat konsep Social Learning
Network yang bertujuan untuk mendorong penggunanya memiliki pengalaman baru
dalam belajar menggunakan jejaring sosial (Social
Network) yang telah dilengkapi dengan konsep kepedulian sosial (Halimi,
2011).
Jejaring sosial atau social
network(SN) adalah ‘sebuah jejaring’ yang memuat interaksi sosial dan
hubungan interpersonal. Secara lebih rinci, SN adalah sebuah aplikasi atau
laman yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi satu sama lain dengan cara
saling bertukar informasi, komentar, pesan, gambar, maupun audio-video. Dalam Social Network Sites (SNS)seperti
Facebook atau Twitter, penggunadifasilitasi untuk melakukan interaksi,
komunikasi, dan kolaborasi (Greenhow, Robelia, & Hughes, 2009). Dengan kata lain, mekanisme bersosialisasi melalui jaringan ini telah
terbukti dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan memfasilitasi komunikasi
nonverbal melalui media seperti audio-video maupun gambar. Dengan berkomunikasi
melalui media ini, interaksi interpersonal menjadi lebih dekat.Oleh karena itu,
berdasarkan kelebihan inilah berbagai situs jejaring sosial didorong untuk
dimanfaatkan dalam pembelajaran(Huang, 2010).
Social learning network (SLN) atau Jejaring Sosial untuk Pembelajaran, menurut Kordesh (2000)
merujuk pada koneksi interpersonal melalui interaksi dengan tujuan utama untuk
pengembangan pengetahuan. Secara lebih rinci, SLN merujuk pada beberapa
fenomena.
·
Penggunaan Social Network
(SN) untuk pembelajaran dalampendidikan formal.
·
Penggunaan SN oleh para
pelajardalam sebuah kolaborasi/diskusi yang dilaksanakan secara informal.
·
Penggunaanlaman yang
secara khusus dirancang untuk pembelajaran melalui jejaring sosial (Social Learning Networkatau SLN).
·
Penggunaan SLN yang
secara khusus dikembangkansendiri oleh guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar